PENGETAHUAN DENGAN ILMU PENGETAHUAN
TELAAH FILOSOFIS
1. Filsafat dan Filsafat Ilmu Pengetahuan
Sebelum
Metode Penelitian dengan pendekatan Kualitatif atau Metode Penelitian
Kualitatif, akan diuraikan terlebih dahulu apa Perbedaan Ilmu Pengetahuan Ilmiah
(Science) dengan Pengetahuan (Knowledge). Mengapa demikian ? Kedua
metode Penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif digunakan untuk
mengembangkan Ilmu Pengetahuan Ilmiah (Science).
Oleh karena itu perlu diketahui terlebih dahulu apa itu Ilmu Pengetahuan Ilmiah
dan perbedaanya dengan Pengetahuan. Dengan dipahaminya Ilmu Pengetahuan Ilmiah
akan mempermudah memahami Metode Penelitian Ilmiah dan kaitan antara keduanya.
Berikut ini akan disinggung sedikit tentang Filsafat dan perbedaannya dengan
Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Secara
singkat dapat dikatakan Filsafat adalah
refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan
yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan
mengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen,
kemudian dianalisis agar dapat ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat
universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur
yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam. Kemudian apa
perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat. Apabila ilmu pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan
ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di
samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi
objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat objeknya tidak dibatasi
pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis atau
reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Apabila ilmu
pengetahuan tujuannya memperoleh data
secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari
hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya
datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak
perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting
data itu dianalisis secara mendalam.
Persamaan
dan perbedaan antara Filsafat dan Agama adalah sebagai berikut. Persamaan
antara Filsafat dan Agama adalah semuanya mencari kebenaran. Sedang
perbedaannya Filsafat bersifat rasional yaitu sejauh kemampuan akal budi,
sehingga kebenaran yang dicapai bersifat relatif. Agama berdasarkan iman atau
kepercayaan terhadap kebenaran agama, karena merupakan wahyu dari Tuhan YME,
dengan demikian kebenaran agama bersifat mutlak.
Kajian
filsafat meliputi ruang lingkup yang disusun berdasarkan pertanyaan filsuf
terkenal Immanuel Kant sebagai berikut:
1) Apa yang dapat saya
ketahui (Was kan ich wiesen)
Pertanyaan
ini mempunyai makna tentang batas mana yang dapat dan mana yang tidak dapat
diketahui. Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah suatu fenomena. Fenomena selalu dibatasi oleh ruang dan waktu. Hal ini
menjadi dasar bagi Epistomologi.
Eksistensi Tuhan bukan merupakan kajian Epistomologi karena berada di luar
jangkauan indera. Bahan kajian Epistomologi adalah yang berada dalam jangkauan
indera. Kajian Epistomologi adalah fenomena sedang eksistensi Tuhan merupakan
objek kajian Metafisika. Epistomologi meliputi: Logika Pengetahuan (Knowledge), Ilmu Pengetahuan Ilmiah (Science) dan Metodologi.
2) Apa yang harus saya
lakukan (Was soll ich tun)
Pertanyaan
ini mempersoalkan nilai (values), dan
disebut Axiologi, yaitu nilai-nilai
apa yang digunakan sebagai dasar dari perilaku. Kajian Axiologi meliputi Etika atau nilai-nilai keutamaan atau
kebaikan dan Estetika atau
nilai-nilai keindahan.
3) Apa yang dapat saya
harapkan (Was kan ich hoffen)
Pengetahuan
manusia ada batasnya. Apabila manusia sudah sampai batas pengetahuannya,
manusia hanya bisa mengharapkan. Hal ini berkaitan dengan being, yaitu hal yang ”ada”, misalnya permasalahan tentang apakah
jiwa manusia itu abadi atau tidak, apakah Tuhan itu ada atau tidak.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak terjawab oleh Ilmu Pengetahuan Ilmiah,
tetapi oleh Religi. Refleksi tentang Being
terbagi lagi menjadi dua, yaitu Ontologi
yaitu struktur segala yang ada, realitas, keseluruhan objek-objek yang ada, dan
Metafisika yaitu hal-hal yang berada
di luar jangkauan indera, misalnya jiwa dan Tuhan.
Bidang-bidang
kajian Filsafat, apabila digambarkan adalah sebagaimana bagan berikut:
BEING
EPISTOMOLOGI
AXIOLOGI
Gambar 1: Bidang Kajian Filsafat
Sumber: Noerhadi T. H. (1998) Diktat Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Pascasarjana Universitas Indonesia.
Selanjutnya
akan dibahas salah satu bidang kajian Filsafat, yaitu Filsafat Ilmu
Pengetahuan, karena bidang ini membahas hakekat ilmu pengetahuan ilmiah (science). Hakekat ilmu pengetahuan dapat
ditelusuri dari 4 (empat) hal, yaitu:
1) Sumber ilmu
pengetahuan itu dari mana.
Sumber ilmu
pengetahuan mempertanyakan dari mana ilmu pengetahuan itu diperoleh. Ilmu
pengetahuan diperoleh dari pengalaman (emperi) dan dari akal (ratio).
Sehingga timbul faham atau aliran yang disebut empirisme dan rasionalisme.
Aliran empirisme yaitu faham yang menyusun teorinya berdasarkan pada empiri
atau pengalaman. Tokoh-tokoh aliran ini misalnya David Hume (1711-1776), John
Locke (1632-1704), Berkley. Sedang rasionalisme menyusun teorinya berdasarkan
ratio. Tokoh-tokoh aliran ini misalya Spinoza, Rene Descartes. Metode yang
digunakan aliran emperisme adalah induksi, sedang rasionalisme menggunakan
metode deduksi. Immanuel Kant adalah tokoh yang mensintesakan faham empirisme
dan rasionalisme.
Gambar 2 : David Hume, John Locke , dan
George Berkeley
Gambar 3 : Immanuel Kant
2) Batas-batas Ilmu
Pengetahuan.
Menurut
Immanuel Kant apa yang dapat kita tangkap dengan panca indera itu hanya
terbatas pada gejala atau fenomena,
sedang substansi yang ada di dalamnya tidak dapat kita tangkap dengan panca
indera disebut nomenon. Apa yang
dapat kita tangkap dengan panca indera itu adalah penting, pengetahuan tidak
sampai disitu saja tetapi harus lebih dari sekedar yang dapat ditangkap panca
indera.
Yang dapat
kita ketahui atau dengan kata lain dapat kita tangkap dengan panca indera
adalah hal-hal yang berada di dalam ruang dan waktu. Yang berada di luar ruang
dan waktu adalah di luar jangkauan panca indera kita, itu terdiri dari 3 (tiga)
ide regulatif: 1) ide kosmologis yaitu tentang semesta alam (kosmos), yang
tidak dapat kita jangkau dengan panca indera, 2) ide psikologis yaitu tentang psiche atau jiwa manusia, yang tidak
dapat kita tangkap dengan panca indera, yang dapat kita tangkap dengan panca
indera kita adalah manifestasinya misalnya perilakunya, emosinya, kemampuan
berpikirnya, dan lain-lain, 3) ide teologis yaitu tentang Tuhan Sang Pencipta
Semesta Alam.
3) Strukturnya.
Yang ingin
mengetahui adalah subjek yang memiliki kesadaran. Yang ingin kita ketahui
adalah objek, diantara kedua hal tersebut seakan-akan terdapat garis demarkasi
yang tajam. Namun demikian sebenarnya dapat dijembatani dengan mengadakan dialektika. Jadi sebenarnya garis
demarkasi tidak tajam, karena apabila dikatakan subjek menghadapi objek itu
salah, karena objek itu adalah subjek juga, sehingga dapat terjadi dialektika.
4) Keabsahan.
Keabsahan
ilmu pengetahuan membahas tentang kriteria bahwa ilmu pengetahuan itu sah
berarti membahas kebenaran. Tetapi kebenaran itu nilai (axiologi), dan
kebenaran itu adalah suatu relasi. Kebenaran adalah kesamaan antara gagasan dan
kenyataan. Misalnya ada korespondensi yaitu persesuaian antara gagasan yang
terlihat dari pernyataan yang diungkapkan dengan realita.
Terdapat 3
(tiga) macam teori untuk mengungkapkan kebenaran, yaitu:
a) Teori Korespondensi,
terdapat persamaan atau persesuaian antara gagasan dengan kenyataan atau
realita.
b) Teori Koherensi,
terdapat keterpaduan antara gagasan yang satu dengan yang lain. Tidak boleh
terdapat kontradiksi antara rumus yang satu dengan yang lain.
c) Teori Pragmatis, yang
dianggap benar adalah yang berguna. Pragmatisme adalah tradisi dalam pemikiran
filsafat yang berhadapan dengan idealisme, dan realisme. Aliran Pragmatisme
timbul di Amerika Serikat. Kebenaran diartikan berdasarkan teori kebenaran
pragmatisme.
Untuk mengetahui penerapan 3
(tiga) macam teori tersebut pada bidang apa, periksa skema berikut ini.
Ilmu-ilmu Formal
|
Ilmu-ilmu Empiris Induktif
|
Ilmu-ilmu Terapan
|
|||
Deduktif:
Logika
Matematika
|
Alam
unorganik:
karang, batu, air.
|
Hayati:
Kehidupan
|
Sosial:
Manusia ber masyarakat
|
Budaya:
Manusia dengan ekspresinya
|
|
Ukuran kebenaran Koherensi
menghadapi rumusan-rumusan yang tidak
boleh kontradiksi satu sama lain
|
Ukuran kebenaran Korespondensi
kesesuaian antara gagasan dengan realita/antara gagasan dengan fakta.
|
Pragmatis
apa yang bermanfaat itu benar.
|
|||
Gambar 4: Penerapan Teori Korespondensi, Koherensi
dan Pragmatis.
Sumber: Noerhadi T. H. (1998) Diktat Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan.
Pascasarjana Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar