Selasa, 18 Desember 2012

observasi dan wawancara mengenal peserta didik terhadap matematika


RAHASIA
 
 

STATUS PEMERIKSAAN ANAK

I.                   IDENTITAS
1.1.            Anak
·               Nama                              : FAI
·               Jenis Kelamin                 :  Perempuan
·               Tempat/tanggal lahir      :  Medan, 15 Desember 1996
·               Usia                                :  15 Tahun
·               Pendidikan                     :  II SMA
·               Suku bangsa                   : Jawa
·               Agama                            : Islam 
·               Alamat                           : Jln Raharjo Tanjung Sari Medan
·               Posisi anak                     :  Kandung
·               Tgl Pemeriksaan             : 23 Oktober 2012
·               Pemeriksa/NIM              :  35105044
·               Pembimbing                   :  Ibu Rina Mirza, M.PSi

1.2.            Orangtua

Ayah
Ibu
Nama
Sr
T
Usia
47 tahun
46 tahun
Suku bangsa
Jawa
Jawa
Agama
Islam
Islam
Pendidikan
SD
SD
Pekerjaan
Tukang Becak
Pembantu Rumah Tangga
Anak ke/dari
Ke 1 dari 5
Ke 1 dari 3
Pernikahan
Pertama
Pertama
Usia Saat Menikah
20 tahun
19 tahun
Alamat
Jln Raharjo Tanjung Sari Medan
Jln Raharjo Tanjung Sari Medan
Perkiraan SES
Ekonomi Menengah
Ekonomi Menengah



1.3.            Kedudukan dalam Keluarga
No
Nama
L/P
Usia
Pendidikan
Keterangan
1.
Sr
L
47 tahun
SD
Ayah
2.
T
P
46 tahun
SD
Ibu
3.
L
L
26 tahun
SMA
Bekerja
4.
M
L
25 tahun
SMA
Bekerja
5.
I
L
24 tahun
SMA
Bekerja
6.
AN
P
21 tahun
kuliah
Kuliah sambil bekerja
7
AR
P
18 tahun
SMA
-
8
FAI
P
15 tahun
SMA
-
9
FAA
P
15 tahun
SMA
-
10
AR
L
12 tahun
SMP
-

II.                KELUHAN DAN TUJUAN PEMERIKSAAN
II.1. Keluhan
klien memiliki minat yang rendah  terhadap pelajaran di sekolahnya. Matematika dianggap hanya sebagai pelajaran tambahan dan tidak menjadikan matematika sebagai pelajaran pokok  atau sebagai pelajaran yang penting sehingga klien tidak terlalu fokus terhadap isi materi matematika. Klien hanya mau belajar bila memiliki pekerjaan rumah (PR). Tingkat kesadaran klien terhadap akan pentingnya pendidikan masih kurang. Sedangkan di rumah klien kurang diberi motivasi. Hal ini dikarenakan ayah dan Ibu dari anak yang memiliki pendidikan yang rendah lebih tepatnya hanya tamat SD sehingga orang tua kurang memahami bagaimana memberikan motivasi pada anak.  Orang tua dari si anak memberikan kepercayaan pada si klien bahwa ia dapat menempuh pendidikannya dengan lancar tanpa memantau dan memperhatikan lebih intensif pada kegiatan anak disekolah. Klien juga masih memandang guru matematika di sekolahnya sebagai pedoman untuk belajar. Hal ini terbukti ketika guru berpenampilan menarik dan memiliki gaya mengajar yang bagus klien baru keinginan untuk belajar. Motivasi untuk belajar matematikanya belum tumbuh dari dirinya sendiri.
II.2. Tujuan Pemeriksaan
Mengenal dan memahami si klien dari segi interaksi maupun hubungan emosional dimana diharapkan agar konselor dapat mengetahui apa penyebab dan faktor  yang menyebabkan si klien memiliki motivasi yang kurang terhadap pelajaran. Serta dapat memberikan solusi-solusi yang tepat terhadap keluhan yang dimiliki si anak.
III.             JADWAL PEMERIKSAAN
NO
Hari/ tanggal
Waktu
Keterangan
1
Jumat/
19 Oktb 2012
12.00-14.00
Meminta keterangan data pribadi pada klien (anak)
2
Rabu/
24 Oktb 2012
13.00-14.00
Anak kurang paham terhadap Sudut-sudut Drajat dan Radian
3
Kamis/
25 Oktb 2012
08.00-10.00
Anak dapat memahami materi Aljabar Linear
4
Sabtu/
27 Oktb 2012
08.00-10.00
Anak dapat memahami Program Linear Fungsi Objektif
5
Selasa/
30 Oktb 2012
08.00-10.00
Mewawancarai  mengenai masalahnya disekolah.
6
Jumat/
2Nov 2012
20.00-21.00
1. Memberi soal pada klien
2. melihat buku pelajaran klien
7
Minggu/
10 Nov 2012
11.00-12.00
1. Mewawancarai ibu klien
2. Mewawancarai kakak klien

IV.             OBSERVASI DAN WAWANCARA
IV.1. Observasi
Ibu Kandung :
Ibu klien hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pulang pada sore hari. Setelah sampai di rumah ibu klien istirahat beberapa waktu. Setelah beristirahat ibu klien langsung mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak. Pada malam harinya ibu klien menonton TV dan tak lama kemudian tidur malam. Ibu klien tergolong cepat jika tidur malam hal ini dikarenakan karena tubuh yang lelah dan esok harinya harus sudah bekerja kembali. Sehingga ibu klien tidak sempat memberikan motivasi secara intensif terhadap klien.
Ayah Kandung :
Ayah klien adalah seorang tukang becak dimana setiap harinya beliau harus mencari nafkah. Ayah klien harus pergi di pagi hari dan pulang di petang hari bahkan terkadang harus pulang di malam hari. Sehingga setelah sampai di rumah tentu dalam keadaan lelah. Hal ini ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan kebutuhan pendidikan anak-anaknya.
Abang Kandung :
Klien memiliki 3 abang kandung yang semua telah bekerja. Abang-abang klien juga memiliki kesibukkan masing-masing. Terkadang abang klien tidak peduli dengan masalah pendidikan klien. Abang klien sibuk dengan aktivitas masing-masing. 

Kakak Kandung :
Kakak kandung klien adalah seorang mahasiswa. Dalam menempuh pendidikannya klien juga memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai guru private. Terkadang kakak klien mengingatkan untuk belajar di malam hari. Namun klien tidak mau mendengarkannya dan malah pergi untuk bergabung dengan temannya. Kakak klien adalah seorang mahasiswa perguruan tinggi yang menempuh jurusan pendidikan matematika, namun klien tidak mau bertanya mengenai permasalahan pelajaran matematika yang dihadapinya.
IV.2. WAWANCARA (ibu kandung, ayah, kakak, guru di sekolah, dsb.. )
A.    Subjek
(Permasalahan di sekolah) :
Pada dasarnya klien memiliki tingkat intelektual yang bagus. Namun lingkungan dan keluarga klien tidak mendukung sepenuhnya. klien masih sangat tergantung pada eksplor materi dari guru. klien akan belajar dan berusaha memahami materi matematikanya jika gurunya memiliki penempilan yang menarik dan gaya menerangkan yang menyenangkan. Dapat terbukti dari hasil angket yang telah diberikan pada klien. klien dapat memahami materi dan menganggap materi pelajaran penting jika gurunya dianggap menyenangkan. Sedangkan pada saat guru menerangkan dengan gaya yang membosankan maka klien seolah-olah tidak ambil peduli dengan pelajaran yang dihadapinya. Serta kesadaran klien terhadap pelajaran. Tingkat kesadaran klien terhadap materi sebenarnya sudah dikatakan baik. Ia berusaha untuk mengerti akan materi pelajarannya dengan tujuan dapat menyelesaikan soal ujian dan dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan matematika. Dalam hal ini klien harus dibimbing oleh gurunya lagi agar ia memiliki tingkat kesadaran yang lebih baik lagi. Klien merupakan siswi SMK yang menempuh pendidikan dalam bidang tata busana, sehingga ia memandang matematika bukan merupakan pelajaran utama dalam jurusan yang ditempuhnya. Klien lebih memandang matematika merupakan pelajaran tambahan yang tidak begitu penting.
(Permasalahan di lingkungan) :
Selain itu, klien juga terjebak pada kondisi lingkungannya. Dalam hal ini klien lebih memilih untuk nongkrong dan kumpul-kumpul dengan teman-temanya di malam hari dari pada belajar di rumah. klien sampai pulang jam 23.00 WIB hanya untuk bermain dan kumpul-kumpul dengan temannya. Tentu hal ini dapat menjadi faktor kenapa klien kurang berminat terhadap pelajarannya. Biasanya klien meminta izin keluar rumah pada malam hari untuk pergi ke warung internet (warnet). Klien meminta izin untuk pergi ke warung internet (warnet) dan hanya sebagai suatu alasan semata padahal di rumah klien terdapat laptop dan modem dimana laptop dan modem ini merupakan milik dari kakak klien yang sedang menempuh pendidikan S1. Padahal di warnet klien bermain games online dengan teman-temannya. Klien juga memiliki relasi teman yang cukup banyak di lingkungan rumahnya. Banyak waktu yang dihabiskan klien untuk bermain dengan teman sebayanya dari pada waktu untuk belajar. Klien juga memiliki komunitas dalam pergaulannya.
(Permasalahan di rumah) :
Faktor kondisi rumah adalah faktor yang paling penting dan faktor yang paling mendukung. Dalam hal ini sebenarnya anak memiliki kendala. Hal ini dikarenakan orang tua yang memiliki pendidikan rendah sehingga tidak dapat berbuat banyak terhadap perkembangan dan pemberian motivasi belajar klien. Orang tua hanya disibukkan dengan mencari uang untuk biaya kehidupan sehari-hari dan biaya pendidikan dimana masih ada 3 anak lagi yang menjadi tanggungan orang tua. Klien memiliki saudara laki-laki yang telah bekerja, 2 orang kakak perempuann yang sedang menyelesaikan pendidikan pada program S1dan kakak yang telah selesai menempuh pendidikan SMK dalam jurusan tata busana, dan memiliki saudara kembar yang menempuh pendidikan pada program SMA. Namun, saudara laki-laki dari klien kurang memperhatikan klien dalam hal pendidikan. Mereka juga disibukkan dengan mencari uang dan kegitan di luar rumah lainnya. Saudara perempuan klien juga memiliki kesibukan masing-masing sehingga kurang memperhatikan klien dalam permasalahan di sekolahnya.
B.     Ibu Kandung
Ibu kandung dari klien adalah seorang pembantu rumah tangga yang sangat disibukkan dengan kegiatan sehari-harinya. Dimana ibu klien  pergi di pagi hari dan terkadang harus pulang di sore hari. Sehingga saat berjumpa dengan klien tentu dalam kondisi yang melelahkan. Ibu klien juga mengaku hanya tamat SD sehingga terkadang bingung motivasi bagaimana yang harus di berikan kepada si klien. Ia mengaku hanya sekedar mengingatkan klien atas tugas-tugas sekolahnya tanpa memperhatikan buku pelajaran klien. Ia mengaku tidak memperhatikan buku pelajaran klien bukan bearti ia tidak peduli terhadap masalah klien di sekolah namun ia sesungguhnya tidak memahami dan hanya berpendidikan rendah. Sehingga ia lebih meberikan kepercayaan terhadap klien dan tidak memberikan sanksi apa pun terhadap perbuatan buruk yang dilakukan klien. Jika klien melakukan hal yang dianggap buruk maka ibu klien hanya memberikan nasehat dan arahan saja.

C.        Ayah
Ayah dari klien adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya sampai Sekolah Dasar (SD). Ia mengaku sangat peduli dengan pendidikan anaknya. Hal ini di buktikannya dengan mencari uang agar anaknya dapat bersekolah paling rendah sampai SMK atau sederajat. Ia tidak ingin anaknya hanya sampai Sekolah Dasar (SD) seperti dirinya. Namun ayah klien juga tidak memperhatikan cara belajar klien. Ia hanya sekedar menanyakan dan mengingatkan kegiatan dan sekolah klien tanpa memperhatikan secara intensif. Sedangkan pada saat klien pulang malam sampai 23.00 WIB ayah klien hanya sekedar memberikan peringatan. Hal ini dikarenakan rasa lelah akibat mencari uang seharian. Dalam hal ini ayah hanya di posisikan sebagai subjek yang bertugas mencari uang.
D.      Kakak
Kakak klien merupakan mahasiswa di sebuah institut negeri di Kota Medan. Kakak klien memberikan perhatian yang lebih terhadap perkembangan klien. Terkadang kakak klien mengingatkan untuk belajar. Hal ini juga dikarenakan klien dan kakaknya tidur dalam kamar yang sama. Bahkan untuk menghindari klien dalam belajarnya kakak klien meminjamkan modem dan laptop agar klien tidak keluar rumah ke warnet atau nongkrong dengan teman-temannya. Namun, klin lebih memilikh untuk pergi ke warnet dan nongkrong dengan teman-temannya.

V.                ANALISA MASALAH

Melihat dan menelaah dari keseharian klien dan ditinjau dari segi keluarga, sekolah, dan lingkungan dapat dianalisa bahwa keluarga klien sangat percaya kepada klien dalam bidang pendidikan dan keseharian klien. Orang tua hanya diposisikan untuk mencari nafkah dan membiayai pendidikan klien. Artinya orang tua tidak berperan aktif dalam proses pendidikan anak. Sehingga tingkah laku anak sangat didominasikan pada keinginan klien. Dalam teori Behavioral yang dikemukan oleh pendapat Watson Tingkah laku adalah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap perangsang dari luar.[1] Artinya tingkah laku klien yang menganggap pelajaran matematika hanya sebagai pelajaran sampingan dan pulang ke rumah hingga pukul 23.00 dikarenakan orang tua tidak tegas dalam menindak anaknya sehingga anak sama sekali tidak diberikan rangsangan untuk belajar. Selain itu, abang klien yang mempunyai kesibukan masing-masing sehingga tidak sempat dalam memperhatikan klien.
Selain dari faktor – faktor yang telah disebutkan faktor Keluarga juga sangat mempengaruhi kepribadian dan motivasi anak dalam belajar. Dalam hal ini bapak tidak hanya bertugas mencari uang saja. Kalau anak terlibat dalam kenakalan remaja bapak juga harus bertindak dalam mengatasi permasalahan anaknya.[2] Ketika anak sudah berani pulang hingga pukul 23.00 tentu akan membuka cela untuk terjadinya penyimpangan yang lainnya. Seharusnya seorang bapak ketika anak telah melewati batas yang wajar hingga pulang pukul 23.00 haruslah menindak tegas seperti memberikan punishment (hukuman) agar tidak terjadi penyimpangan selanjutnya.  Seperti yang dikatakan oleh Jeanne Ellis Ormrod bahwa dukungan social dari teman sebaya terutama penting bagi remaja yang berasal dari keluarga yang kurang memberikan kasih sayang atau sarat dengan hukuman.[3] Dari analisis penulis bahwa klien bukanlah anak yang berasal dari keluarga yang kekurangan kasih sayang atau keluarga broken home hanya saja orang tua klien kurang menerapkan adanya hukuman jika anak melakukan kesalahan, sehingga kerap kali anak menganggap bahwa apa yang dilakukannya dianggap benar.

VI.             KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1. Kesimpulan
Bahwa dalam mendidik anak khususnya pada klien perlu diterapkannya teori behavioral pada proses pendidikannya. Dimana juga harus menerapkan pelaksanaan reward dan punishment. Jika anak melakukan hal yang dianggap baik dalam pendidikannya dan menguntungkan bagi dirinya dan orang lain maka anak seharusnya diberikan reward agar anak lebih meningkatkan lagi hal yang dianggap baik tersebut. Sebaliknya jika anak melakukan hal yang dianggap menyimpang seperti pulang hingga pukul 23.00 maka anak mendapatkan punishment (hukuman). Hukuman yang diberikan haruslah bersifat mendidik dan memberikan efek jerah pada anak.
Dalam mendidik anak kita juga harus dapat memahami apa yang diinginkan anak dalam proses belajar mengajarnya.
VII.2. Saran
·      Untuk orang tua:
Orang tua seharusnya lebih memperhatikan tingkah laku anak dan lebih intensif lagi dalam mendidik klien di rumah. Orang tua boleh percaya sepenuhnya terhadap anak, tetapi sebagai orang tua sebaiknya juga harus memberikan batasan-batasan apa yang boleh dilakukan anak dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh anak. Jika anak melakukan kesalahan seperti pulang malam sampai 23.00 orang tua seharusnya memberikan hukuman yang bersifat mendidik dan memberikan efek yang jerah.
·      Untuk anak:
Anak seharusnya lebih memiliki sikap empatik terhadap orang tuanya. Dimana orang tuanya selalu bekerja pagi dan malam hari untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Tamatan dari Sekolah Dasar (SD) tidak membuat mereka pantang menyerah dalam membesarkan anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Anak juga harus menyadari akan pentingnya pendidikan dan kenapa orang tuanya rela menyekolahkannya.













Daftrar Pustaka

Sofyan S Wilis, Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfa ,2004.

M. Nasir Ali, Dasar-dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: Mutiara, 1979.

Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga,2008.



[1] Sofyan S Wilis, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung:Alfa Bandung,2004),h. 55.
[2] M. Nasir Ali, Dasar-dasar Ilmu Mendidik (Jakarta:Mutiara,1979),h.73.
[3]  Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang (Jakarta:Erlangga,2008)h, 110.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar