|
STATUS PEMERIKSAAN ANAK
I.
IDENTITAS
1.1.
Anak
·
Nama :
FAI
·
Jenis Kelamin :
Perempuan
·
Tempat/tanggal lahir :
Medan, 15 Desember 1996
·
Usia :
15 Tahun
·
Pendidikan :
II SMA
·
Suku bangsa :
Jawa
·
Agama :
Islam
·
Alamat :
Jln Raharjo Tanjung Sari Medan
·
Posisi anak : Kandung
·
Tgl Pemeriksaan :
23 Oktober 2012
·
Pemeriksa/NIM :
35105044
·
Pembimbing :
Ibu Rina Mirza, M.PSi
1.2.
Orangtua
|
Ayah
|
Ibu
|
Nama
|
Sr
|
T
|
Usia
|
47 tahun
|
46 tahun
|
Suku bangsa
|
Jawa
|
Jawa
|
Agama
|
Islam
|
Islam
|
Pendidikan
|
SD
|
SD
|
Pekerjaan
|
Tukang Becak
|
Pembantu Rumah Tangga
|
Anak ke/dari
|
Ke 1 dari 5
|
Ke 1 dari 3
|
Pernikahan
|
Pertama
|
Pertama
|
Usia Saat Menikah
|
20 tahun
|
19 tahun
|
Alamat
|
Jln
Raharjo Tanjung Sari Medan
|
Jln
Raharjo Tanjung Sari Medan
|
Perkiraan SES
|
Ekonomi Menengah
|
Ekonomi Menengah
|
1.3.
Kedudukan
dalam Keluarga
No
|
Nama
|
L/P
|
Usia
|
Pendidikan
|
Keterangan
|
1.
|
Sr
|
L
|
47 tahun
|
SD
|
Ayah
|
2.
|
T
|
P
|
46 tahun
|
SD
|
Ibu
|
3.
|
L
|
L
|
26 tahun
|
SMA
|
Bekerja
|
4.
|
M
|
L
|
25 tahun
|
SMA
|
Bekerja
|
5.
|
I
|
L
|
24 tahun
|
SMA
|
Bekerja
|
6.
|
AN
|
P
|
21 tahun
|
kuliah
|
Kuliah sambil bekerja
|
7
|
AR
|
P
|
18 tahun
|
SMA
|
-
|
8
|
FAI
|
P
|
15 tahun
|
SMA
|
-
|
9
|
FAA
|
P
|
15 tahun
|
SMA
|
-
|
10
|
AR
|
L
|
12 tahun
|
SMP
|
-
|
II.
KELUHAN
DAN TUJUAN PEMERIKSAAN
II.1.
Keluhan
klien
memiliki minat yang rendah terhadap
pelajaran di sekolahnya. Matematika dianggap hanya sebagai pelajaran tambahan
dan tidak menjadikan matematika sebagai pelajaran pokok atau sebagai pelajaran yang penting sehingga
klien tidak terlalu fokus terhadap isi materi matematika. Klien hanya mau
belajar bila memiliki pekerjaan rumah (PR). Tingkat kesadaran klien terhadap
akan pentingnya pendidikan masih kurang. Sedangkan di rumah klien kurang diberi
motivasi. Hal ini dikarenakan ayah dan Ibu dari anak yang memiliki pendidikan
yang rendah lebih tepatnya hanya tamat SD sehingga orang tua kurang memahami
bagaimana memberikan motivasi pada anak.
Orang tua dari si anak memberikan kepercayaan pada si klien bahwa ia
dapat menempuh pendidikannya dengan lancar tanpa memantau dan memperhatikan
lebih intensif pada kegiatan anak disekolah. Klien juga masih memandang guru
matematika di sekolahnya sebagai pedoman untuk belajar. Hal ini terbukti ketika
guru berpenampilan menarik dan memiliki gaya mengajar yang bagus klien baru
keinginan untuk belajar. Motivasi untuk belajar matematikanya belum tumbuh dari
dirinya sendiri.
II.2.
Tujuan Pemeriksaan
Mengenal dan memahami si klien dari segi interaksi maupun
hubungan emosional dimana diharapkan agar konselor dapat mengetahui apa
penyebab dan faktor yang menyebabkan si klien
memiliki motivasi yang kurang terhadap pelajaran. Serta dapat memberikan
solusi-solusi yang tepat terhadap keluhan yang dimiliki si anak.
III.
JADWAL
PEMERIKSAAN
NO
|
Hari/
tanggal
|
Waktu
|
Keterangan
|
1
|
Jumat/
19
Oktb 2012
|
12.00-14.00
|
Meminta
keterangan data pribadi pada klien (anak)
|
2
|
Rabu/
24
Oktb 2012
|
13.00-14.00
|
Anak
kurang paham terhadap Sudut-sudut Drajat dan Radian
|
3
|
Kamis/
25
Oktb 2012
|
08.00-10.00
|
Anak
dapat memahami materi Aljabar Linear
|
4
|
Sabtu/
27
Oktb 2012
|
08.00-10.00
|
Anak
dapat memahami Program Linear Fungsi Objektif
|
5
|
Selasa/
30
Oktb 2012
|
08.00-10.00
|
Mewawancarai
mengenai masalahnya disekolah.
|
6
|
Jumat/
2Nov
2012
|
20.00-21.00
|
1.
Memberi soal pada klien
2.
melihat buku pelajaran klien
|
7
|
Minggu/
10
Nov 2012
|
11.00-12.00
|
1.
Mewawancarai ibu klien
2.
Mewawancarai kakak klien
|
IV.
OBSERVASI
DAN WAWANCARA
IV.1. Observasi
Ibu Kandung :
Ibu
klien hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan pulang pada sore hari.
Setelah sampai di rumah ibu klien istirahat beberapa waktu. Setelah
beristirahat ibu klien langsung mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak.
Pada malam harinya ibu klien menonton TV dan tak lama kemudian tidur malam. Ibu
klien tergolong cepat jika tidur malam hal ini dikarenakan karena tubuh yang
lelah dan esok harinya harus sudah bekerja kembali. Sehingga ibu klien tidak
sempat memberikan motivasi secara intensif terhadap klien.
Ayah Kandung :
Ayah
klien adalah seorang tukang becak dimana setiap harinya beliau harus mencari
nafkah. Ayah klien harus pergi di pagi hari dan pulang di petang hari bahkan
terkadang harus pulang di malam hari. Sehingga setelah sampai di rumah tentu
dalam keadaan lelah. Hal ini ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya dan kebutuhan pendidikan anak-anaknya.
Abang Kandung :
Klien
memiliki 3 abang kandung yang semua telah bekerja. Abang-abang klien juga
memiliki kesibukkan masing-masing. Terkadang abang klien tidak peduli dengan
masalah pendidikan klien. Abang klien sibuk dengan aktivitas
masing-masing.
Kakak Kandung :
Kakak
kandung klien adalah seorang mahasiswa. Dalam menempuh pendidikannya klien juga
memiliki pekerjaan sampingan yaitu sebagai guru private. Terkadang kakak
klien mengingatkan untuk belajar di malam hari. Namun klien tidak mau
mendengarkannya dan malah pergi untuk bergabung dengan temannya. Kakak klien
adalah seorang mahasiswa perguruan tinggi yang menempuh jurusan pendidikan
matematika, namun klien tidak mau bertanya mengenai permasalahan pelajaran
matematika yang dihadapinya.
IV.2.
WAWANCARA (ibu kandung, ayah, kakak, guru di sekolah, dsb.. )
A.
Subjek
(Permasalahan di sekolah) :
Pada dasarnya klien memiliki tingkat intelektual yang bagus. Namun
lingkungan dan keluarga klien tidak mendukung sepenuhnya. klien masih sangat
tergantung pada eksplor materi dari guru. klien akan belajar dan berusaha
memahami materi matematikanya jika gurunya memiliki penempilan yang menarik dan
gaya menerangkan yang menyenangkan. Dapat terbukti dari hasil angket yang telah
diberikan pada klien. klien dapat memahami materi dan menganggap materi pelajaran
penting jika gurunya dianggap menyenangkan. Sedangkan pada saat guru menerangkan
dengan gaya yang membosankan maka klien seolah-olah tidak ambil peduli dengan pelajaran yang
dihadapinya. Serta kesadaran klien terhadap pelajaran. Tingkat kesadaran klien terhadap materi sebenarnya sudah dikatakan baik. Ia
berusaha untuk mengerti akan materi pelajarannya dengan tujuan dapat
menyelesaikan soal ujian dan dapat menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang
berkaitan dengan matematika. Dalam hal ini klien harus dibimbing oleh gurunya lagi agar ia memiliki
tingkat kesadaran yang lebih baik lagi. Klien merupakan siswi
SMK yang menempuh pendidikan dalam bidang tata busana, sehingga ia memandang
matematika bukan merupakan pelajaran utama dalam jurusan yang ditempuhnya.
Klien lebih memandang matematika merupakan pelajaran tambahan yang tidak begitu
penting.
(Permasalahan di lingkungan) :
Selain itu, klien juga terjebak pada kondisi lingkungannya. Dalam hal ini klien
lebih memilih untuk nongkrong dan kumpul-kumpul dengan teman-temanya di malam
hari dari pada belajar di rumah. klien sampai pulang jam 23.00 WIB hanya untuk
bermain dan kumpul-kumpul dengan temannya. Tentu hal ini dapat menjadi faktor
kenapa klien kurang berminat terhadap pelajarannya.
Biasanya klien meminta izin keluar rumah pada malam hari untuk pergi ke warung
internet (warnet). Klien meminta izin untuk pergi ke warung internet (warnet) dan
hanya sebagai suatu alasan semata padahal di rumah klien terdapat laptop dan
modem dimana laptop dan modem ini merupakan milik dari kakak klien yang sedang
menempuh pendidikan S1. Padahal di warnet klien bermain games online dengan
teman-temannya. Klien juga memiliki relasi teman yang cukup banyak di
lingkungan rumahnya. Banyak waktu yang dihabiskan klien untuk bermain dengan
teman sebayanya dari pada waktu untuk belajar. Klien juga memiliki komunitas
dalam pergaulannya.
(Permasalahan di rumah) :
Faktor kondisi rumah adalah
faktor yang paling penting dan faktor yang paling mendukung. Dalam hal ini
sebenarnya anak memiliki kendala. Hal ini dikarenakan orang tua yang memiliki
pendidikan rendah sehingga tidak dapat berbuat banyak terhadap perkembangan dan
pemberian motivasi belajar klien. Orang tua hanya disibukkan dengan mencari uang untuk
biaya kehidupan sehari-hari dan biaya pendidikan dimana masih ada 3 anak lagi
yang menjadi tanggungan orang tua. Klien memiliki saudara laki-laki yang telah
bekerja, 2 orang kakak perempuann yang sedang menyelesaikan pendidikan pada
program S1dan kakak yang telah selesai menempuh pendidikan SMK dalam jurusan
tata busana, dan memiliki saudara kembar yang menempuh pendidikan pada program
SMA. Namun,
saudara laki-laki dari klien kurang memperhatikan klien dalam hal pendidikan.
Mereka juga disibukkan dengan mencari uang dan kegitan di luar rumah lainnya.
Saudara perempuan klien juga memiliki kesibukan masing-masing sehingga kurang
memperhatikan klien dalam permasalahan di sekolahnya.
B.
Ibu Kandung
Ibu kandung dari klien adalah
seorang pembantu rumah tangga yang sangat disibukkan dengan kegiatan
sehari-harinya. Dimana ibu klien pergi
di pagi hari dan terkadang harus pulang di sore hari. Sehingga saat berjumpa
dengan klien tentu dalam kondisi yang melelahkan. Ibu klien juga mengaku hanya
tamat SD sehingga terkadang bingung motivasi bagaimana yang harus di berikan
kepada si klien. Ia mengaku hanya sekedar mengingatkan klien atas tugas-tugas
sekolahnya tanpa memperhatikan buku pelajaran klien. Ia mengaku tidak
memperhatikan buku pelajaran klien bukan bearti ia tidak peduli terhadap
masalah klien di sekolah namun ia sesungguhnya tidak memahami dan hanya
berpendidikan rendah. Sehingga ia lebih meberikan kepercayaan terhadap klien
dan tidak memberikan sanksi apa pun terhadap perbuatan buruk yang dilakukan
klien. Jika klien melakukan hal yang dianggap buruk maka ibu klien hanya
memberikan nasehat dan arahan saja.
C.
Ayah
Ayah dari klien adalah seorang
tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya sampai Sekolah Dasar (SD). Ia
mengaku sangat peduli dengan pendidikan anaknya. Hal ini di buktikannya dengan
mencari uang agar anaknya dapat bersekolah paling rendah sampai SMK atau
sederajat. Ia tidak ingin anaknya hanya sampai Sekolah Dasar (SD) seperti
dirinya. Namun ayah klien juga tidak memperhatikan cara belajar klien. Ia hanya
sekedar menanyakan dan mengingatkan kegiatan dan sekolah klien tanpa
memperhatikan secara intensif. Sedangkan pada saat klien pulang malam sampai
23.00 WIB ayah klien hanya sekedar memberikan peringatan. Hal ini dikarenakan
rasa lelah akibat mencari uang seharian. Dalam hal ini ayah hanya di posisikan sebagai subjek
yang bertugas mencari uang.
D.
Kakak
Kakak klien merupakan mahasiswa
di sebuah institut negeri di Kota Medan. Kakak klien memberikan perhatian yang
lebih terhadap perkembangan klien. Terkadang kakak klien mengingatkan untuk
belajar. Hal ini juga dikarenakan klien dan kakaknya tidur dalam kamar yang
sama. Bahkan untuk menghindari klien dalam belajarnya kakak klien meminjamkan
modem dan laptop agar klien tidak keluar rumah ke warnet atau nongkrong dengan
teman-temannya. Namun, klin lebih memilikh untuk pergi ke warnet dan nongkrong
dengan teman-temannya.
V.
ANALISA MASALAH
Melihat dan
menelaah dari keseharian klien dan ditinjau dari segi keluarga, sekolah, dan
lingkungan dapat dianalisa bahwa keluarga
klien sangat percaya kepada klien dalam bidang pendidikan dan keseharian klien.
Orang tua hanya diposisikan untuk mencari nafkah dan membiayai pendidikan
klien. Artinya orang tua tidak berperan aktif dalam proses pendidikan anak.
Sehingga tingkah laku anak sangat didominasikan pada keinginan klien. Dalam
teori Behavioral yang dikemukan oleh pendapat Watson Tingkah
laku adalah reaksi organisme sebagai keseluruhan terhadap perangsang dari luar.[1]
Artinya tingkah laku klien yang menganggap pelajaran matematika hanya sebagai
pelajaran sampingan dan pulang ke rumah hingga pukul 23.00 dikarenakan orang
tua tidak tegas dalam menindak anaknya sehingga anak sama sekali tidak
diberikan rangsangan untuk belajar. Selain itu, abang klien yang mempunyai kesibukan
masing-masing sehingga tidak sempat dalam memperhatikan klien.
Selain dari faktor – faktor
yang telah disebutkan faktor Keluarga juga sangat mempengaruhi kepribadian
dan motivasi anak dalam belajar. Dalam hal ini bapak tidak hanya bertugas mencari uang saja. Kalau
anak terlibat dalam kenakalan remaja bapak juga harus bertindak dalam mengatasi
permasalahan anaknya.[2]
Ketika anak sudah berani pulang hingga pukul 23.00 tentu akan membuka cela
untuk terjadinya penyimpangan yang lainnya. Seharusnya seorang bapak ketika
anak telah melewati batas yang wajar hingga pulang pukul 23.00 haruslah
menindak tegas seperti memberikan punishment (hukuman) agar tidak
terjadi penyimpangan selanjutnya.
Seperti yang dikatakan oleh Jeanne Ellis Ormrod bahwa dukungan social
dari teman sebaya terutama penting bagi remaja yang berasal dari keluarga yang
kurang memberikan kasih sayang atau sarat dengan hukuman.[3]
Dari analisis penulis bahwa klien bukanlah anak yang berasal dari keluarga yang
kekurangan kasih sayang atau keluarga broken home hanya saja orang tua
klien kurang menerapkan adanya hukuman jika anak melakukan kesalahan, sehingga
kerap kali anak menganggap bahwa apa yang dilakukannya dianggap benar.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
VII.1.
Kesimpulan
Bahwa dalam mendidik anak khususnya pada klien perlu
diterapkannya teori behavioral pada proses pendidikannya. Dimana juga harus
menerapkan pelaksanaan reward dan punishment. Jika anak melakukan hal yang
dianggap baik dalam pendidikannya dan menguntungkan bagi dirinya dan orang lain
maka anak seharusnya diberikan reward agar anak lebih meningkatkan lagi hal
yang dianggap baik tersebut. Sebaliknya jika anak melakukan hal yang dianggap
menyimpang seperti pulang hingga pukul 23.00 maka anak mendapatkan punishment
(hukuman). Hukuman yang diberikan haruslah bersifat mendidik dan memberikan
efek jerah pada anak.
Dalam mendidik anak kita juga harus dapat memahami apa
yang diinginkan anak dalam proses belajar mengajarnya.
VII.2.
Saran
·
Untuk orang tua:
Orang tua seharusnya lebih memperhatikan tingkah laku
anak dan lebih intensif lagi dalam mendidik klien di rumah. Orang tua boleh
percaya sepenuhnya terhadap anak, tetapi sebagai orang tua sebaiknya juga harus
memberikan batasan-batasan apa yang boleh dilakukan anak dan apa yang tidak
boleh dilakukan oleh anak. Jika anak melakukan kesalahan seperti pulang malam
sampai 23.00 orang tua seharusnya memberikan hukuman yang bersifat mendidik dan
memberikan efek yang jerah.
·
Untuk anak:
Anak seharusnya lebih memiliki sikap empatik terhadap orang
tuanya. Dimana orang tuanya selalu bekerja pagi dan malam hari untuk membiayai
pendidikan anak-anaknya. Tamatan dari Sekolah Dasar (SD) tidak membuat mereka
pantang menyerah dalam membesarkan anak-anaknya untuk mendapatkan pendidikan
yang layak. Anak juga harus menyadari akan pentingnya pendidikan dan kenapa
orang tuanya rela menyekolahkannya.
Daftrar Pustaka
Sofyan
S Wilis, Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfa ,2004.
M.
Nasir Ali, Dasar-dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: Mutiara, 1979.
Jeanne
Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang.
Jakarta: Erlangga,2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar